Selasa, 26 Juni 2012

I got you, Mr.Idiot!

 Dengan berat hati aku membuka mata, ternyata sudah pagi. Kupaksakan untuk bangun, kusibakan selimut yang melekat di tubuh ku.
"Hoooooammm".
Rasanya terlalu malas untuk bangun pagi ini, aku menoleh pada Mr.Idi panggilan sayangku untuk kakak laki-laki ku yang berarti Mr.Idiot. Dan dia memnaggilku Mrs.unk yang berarti Mrs.Unknown species, sungguh panggilan sayang yang indah (untuk orang abnormal seperti kami). Banyak kegiatan aneh yang tidak pantas dilakukan oleh manusia yang mengalami proses revolusi, maksudku pubertas seperti kami. Bagaimana tidak! Setiap pagi kami berlomba untuk bangun pertama atau lebih awal. Kalau salah satu dari kami terlambat bangun, mungkin saja angsa putih berubah menjadi buruk rupa. Pernah satu kali aku mendapati dirku terbangun di dalam kolong kasur yang awalnya ku fikir pagi tak secerah biasanya dengan kumis melengkung diatas permukaan bibirku. 
   Melihat wajahnya aku sedikit tersentak, wajahnya terlihat seperti anak kecil yang minta di letakkan dengan sentuhan lembut dan harum pada keningnya. Ku ambil sepasang kaus kaki yang berbau aduhai yang sudah ku persiapkan di hari sebelumnya. Ku letakkan yang satu di kening berkilaunya, dan satunya di hidungnya. Sungguh pemandangan indah di pagi yang cerah.

  Aku berjalan menuju kamar mandi saat ku dengar Mr.Idi sedang berteriak "UNKYYYY!" Dan *Buggh* sukses membuat kening indahku membentur pintu kamar mandi. "Monyet! Kampret! Giginye Omas!" Rasa sakitnya sampai membuat aku yang sedang mengantuk mendadak melupakan apa yang sedang aku lakukan? darimana aku? "Monyet blasteran!". Aku mendengar seseorang lari dari kejauhan, segera ku tutup pintu kamar mandi, sepertinya aku tahu sosok yang akan datang.
"Eh, monyet keturunan kampret, awas gue bales kejahatan lu ini!". Dari dalam kamar mandi aku hanya bisa tertawa dalam hati.
  Kami berangkat menuju sekolah dengan kendaraan umum, kami sering menggunakan alat transportasi berbeda setiap berangkat ke sekolah, tapi jarang menggunakan kendaraan umum, karena terakhir kali naik kendaraan umum Mr.Idi gak sengaja menempelkan kertas dengan tulisan 'Bikini saya polkadot' di punggung seorang bapak-bapak, yang ternyata dari samping sang istri tengah memperhatikan tingkah anehnya. Dan dengan polos dia berkata "Ssstt jangan di kasih tau ya mbak" pada seorang perempuan yang tdak diketahui identitas pada awalnya. Dan tiba-tiba saja si mbak membalas dengan "Tenang aja, suami saya baik kok" dengan senyuman entah apa artinya. Sontak aku dan kakak ku turun di halte yang salah. Masih banyak kegilaan kami yang belum terungkap. 
  Walau kami seperti ini, kami tetap saling menyayangi. Dia sering memukul keningku, aku sering memukul helm nya saat jalan di tengah macet dengan ucapan "wah tahan banting". Kami bahkan sering guling-guling di lantai sampai kepala kami sering membentur dengan keras, dan dari situ lah aku mengerti kenapa kami tidak menjadi normal seperti remaja kebanyakan.
  Kami melihat keseliling kami, dengan tatapan berharap ada sesuatu yang bisa kami mainkan. Kakak ku menunjuk salah satu orang di bis pada saat itu. "Unky, liat! gw nemu korban! kita bisa taro tulisan saya pake bra mama di punggungnya!". Aku berusaha menemukan sosok yang ditunjuk Mr.Idi. Apa! itu Dio, teman sekelas yang ku suka! "Ogah!" sontak aku menolaknya.
"Kenape? Ah gaasik nih!". 
"Hem... gw lagi ga mood, hehehe". Ahhh, gimana caranya ngeles?
"Yaudah gw aja"
"JANGAN!" sontak suaraku membuat semua orang yang ada di bis menoleh dan memandangku dengan bingung. termasuk Dio! aku menelan ludah. 
"Kan udah gue bilang lo jangan pake bra ke sekolah!!" ujarku tiba-tiba. 
Dengan cepat Mr.Idi menutup mulutku dengan telapak tangannya.
Orang-orang langsung menatap kami dengan kening berkerut dan wajah yang seakan bertanya "Dua alien ini datang dari mana?"
kakakku tertawa kecil, tawa yang terdengar dipaksakan. 
Ia kemudian melirikku dengan tatapan tajam seakan ingin menelanku saat itu juga.
"Monyet setengah kampret tadi ngomong apa!" bisik kakakku dengan tangannya yang masih erat membungkam mulutku. 
"Mahu guhe uhlang lagghi?" ucapku dengan suara yang tidak jelas. Mr.Idi melepaskan dasinya dan mengikat mulut ku.
Aku meronta dan berusaha melawan! tapi kekutan bocah idiot itu lebih besar dariku. sial! Rasanya aku ingin menendang makhluk ini keluar jendela.

  Kelas masih sepi, aku memang lebih suka datang paling pertama supaya bisa menjahili anak lainnya. Saat ingin meletakkan lem di bangku salah satu teman yang ku pilih random, tiba-tiba saja aku di kejutkan dengan sosok Dio.

dengan sigap langsung ku sembunyikan lem yang hendak kupakai untuk melakukan aksi jahilku ini. kalau dio tahu, pasti image ku jadi rusak didepannya! tunggu, tapi memang dio tahu aku ini mrs jahil? sudahlah. yang jelas cukup kejadian di bis tadi yang membuatku malu di depannya. tidak lagi-lagi.

"Eh Dio? Tumben datengnya cepet?" tanyaku dengan senyuman manis. aku mencoba memulai percakapan. 
"Iya, kebetulan lagi pengen dateng cepet sama naik bis, Bell". sahutnya. "tadi lo mau ngapain bell di situ?" tanyanya tiba-tiba.
aku menaikan alisku dan terkekeh pelan, "ahh.. enggak ngapa-ngapain. tadi bangku yang ini kotor jadi gue bersihin hehe." 
"Oh ya.. by the way.. motornya kemana?" tanyaku berusaha mengalihkan pembicaraan. 

"hehe, sebenernya kemaren kecium mobil, jadi ga di bawa" jawabnya.

Aku mulai kehabisan kata-kata, kening ku berkeringat, jantung ku berdegup seperti koruptor yang hendak diadili, abis ini apa? Mau ngomong apa? Kira-kira kamar mandi ramai kah? kalau iya juga kenapa? Aduh bener-bener weird. 

Akhirnya anak-anak mulai memasuki kelas, kelas pun ramai sebelum kami menyudahi pembicaraan ini. 
aku memutar otakku untuk berpikir. ah sial. tapi perutku lapar. oke ini tidak ada hubungannya. 

tapi bukannya memikirkan apa yang harus kubicarakan, otakku ini malah menjalar kemana-mana. 

Kira-kira bisa kah aku jadi pacar Dio? Kalau nanti kami menikah? Bagaimana? Membayangkan menikah aku jadi ingat, aku dan Mr.Idi pernah ke suatu pernikahan entah siapa, tiba-tiba Mr.Idi teriak "JANGAN PASANG DULU CINCINNYA! INGAT JANJI KITA!"
Aku yang terkejut langsung berlari membawanya pergi menjauh dari tempat itu, sungguh aku memiliki kakak yang batas abnormalnya melebihi orang abnormal kronis. " Kampret! Sumpeh! lu mau kita berdua semaput di amuk masa!!!?" Teriakku yang membuatnya tertawa lepas.
"Ini seru tau nyet!". 
Lalu kami berdua tertawa lepas, entah bagaimana hubungan mereka setelah kejadian itu, intinya manusia kera ini tahu caranya membuat orang menjadi frustasi.

Lamunan ku terhenti saat seseorang tiba-tiba mendorong keningku dengan telunjuknya, Dio!
"Hahaha tampang pongo kamu aneh Bel!" 
"Dio! kaget tau!" 
"Pulang bareng yuk? Kamu pulang naik bis lagi kan?". 
Waah kesempatan! batinku. 

aku pura-pura berpikir. "euhhm.. Iya kok, bareng aja!" jawabku berusaha terlihat biasa. jual mahal tetap berlaku bro! 

bel tanda masuk pun berbunyi. kami mengakhiri pembicaraan dan duduk di bangku masing-masing. 

sepanjang pelajaran aku tidak benar-benar memperhatikan pelajaran. otakku melambung memikirkan apa yang harus kulakukan nanti saat pulang. apa yang harus aku bicarakan bersama dio? 

ah. sungguh aku tidak sabar. kapan lagi pulang bareng dio! rasanya ia ingin memutar waktu lebih cepat agar segera jam pulang. Bel pulang berbunyi, sekarang waktunya pulang! Aku cepat-cepat menghampiri kursi Dio.
"Ayo kita pulang sekarang!". Aku dan Dio harus cepat-cepat sebelum pengacau datang menghampiri kami, apalagi dia sering mengahampiri kelas ku sebelum bel berbunyi.
"Iya Bel, tunggu yah"

  Aku memandangi wajah Dio, benar-benar tampan! Hidungnya mancung, ujung matanya yang sedikit turun membuat wajahnya terlihat ramah.
"Liat apa Bel?"
"Eh? Enggak, kirain tadi lu belekan" Tidak! kenapa kalimat itu harus keluar dari mulutku! Dio pasti jadi ilfeel kepada ku. Dio langsung menyentuh kedua matanya.
"Ah! Ngarang, gaada kok!"
"hehehe berarti gue salah liat"
"Apasih yang pernah benar kalo lu yang liat, yaudah yuk!"
  Tanpa sadar Dio menyentuh tangan ku, dan menggenggamnya. Aku sangat terkejut, tapi aku juga senang. Kurasakan dada ku berdebar kencang.
"Hahaha Bel, tangan kamu kok dingin?" Ucap Dio membangunkan ku dari lamunan. Aku bingung harus bilang apa.
"Hahaha muka pongonya disimpan dulu dong!"

3 komentar:

  1. Rasanya sakit sampai membuat aku yang "tersedikit" mengantuk menjadi lupa aku dari mana?

    kata2 tersedikitnya gaenak dibaca git.

    coba kalo misalnya jadi gini:

    rasanya sakit sampai membuat aku yang sedang mengatuk mendadak melupakan apa yang sedang aku lakukan? darimana aku?

    ceritanya lucu kok git.. ayo lanjutkan :) gua gak bohong kok

    BalasHapus
  2. "JANGAN!" sontak suaraku membuat semua orang yang ada di bis menoleh dan memandangku dengan bingung. termasuk Dio! aku menelan ludah.

    "Kan udah gue bilang lo jangan pake bra ke sekolah!!" ujarku tiba-tiba.

    Dengan cepat mr idi menutup mulutku dengan telapak tangannya.

    Orang-orang langsung menatap kami dengan kening berkerut dan wajah yang seakan bertanya "Dua alien ini datang dari mana?"

    kakakku tertawa kecil, tawa yang terdengar dipaksakan.
    ia kemudian melirikku dengan tatapan tajam seakan ingin menelanku saat itu juga.

    "Monyet setengah kampret tadi ngomong apa!" bisik kakakku dengan tangannya yang masih erat membungkam mulutku.
    "Mahu guhe uhlang lagghi?" ucapku dengan suara yang tidak jelas. Mr.Idi melepaskan dasinya dan mengikat mulut ku.

    aku meronta dan berusaha melawan! tapi kekutan bocah idiot itu lebih besar dariku. sial!


    (ini gw tambahin dikit aja. kalau gak suka gak apa-apa git :D)

    BalasHapus
  3. Kelas masih sepi, aku memang lebih suka datang paling pertama supaya bisa menjahili anak lainnya. Saat ingin meletakkan lem di bangku salah satu teman yang ku pilih random, tiba-tiba saja aku di kejutkan dengan sosok Dio.

    dengan sigap langsung ku sembunyikan lem yang hendak kupakai untuk melakukan aksi jahilku ini. kalau dio tahu, pasti image ku jadi rusak didepannya! tunggu, tapi memang dio tahu aku ini mrs jahil? sudahlah. yang jelas cukup kejadian di bis tadi yang membuatku malu di depannya. tidak lagi-lagi.

    "Eh Dio? Tumben datengnya cepet?" tanyaku dengan senyuman manis. aku mencoba memulai percakapan.
    "Iya, kebetulan lagi pengen dateng cepet sama naik bis, Bell". sahutnya. "tadi lo mau ngapain bell di situ?" tanyanya tiba-tiba.
    aku menaikan alisku dan terkekeh pelan, "ahh.. enggak ngapa-ngapain. tadi bangku yang ini kotor jadi gue bersihin hehe."
    "Oh ya.. by the way.. motornya kemana?" tanyaku berusaha mengalihkan pembicaraan.

    "hehe, sebenernya kemaren kecium mobil, jadi ga di bawa" jawabnya.

    Aku mulai kehabisan kata-kata, kening ku berkeringat, jantung ku berdegup seperti koruptor yang hendak diadili, abis ini apa? Mau ngomong apa? Kira-kira kamar mandi ramai kah? kalau iya juga kenapa? Aduh bener-bener weird.

    Akhirnya anak-anak mulai memasuki kelas, kelas pun ramai sebelum kami menyudahi pembicaraan ini.
    aku memutar otakku untuk berpikir. ah sial. tapi perutku lapar. oke ini tidak ada hubungannya.

    tapi bukannya memikirkan apa yang harus kubicarakan, otakku ini malah menjalar kemana-mana.

    Kira-kira bisa kah aku jadi pacar Dio? Kalau nanti kami menikah? Bagaimana? Membayangkan menikah aku jadi ingat, aku dan Mr.Idi pernah ke suatu pernikahan entah siapa, tiba-tiba Mr.Idi teriak "JANGAN PASANG DULU CINCINNYA! INGAT JANJI KITA!"
    Aku yang terkejut langsung berlari membawanya pergi menjauh dari tempat itu, sungguh aku memiliki kakak yang batas abnormalnya melebihi orang abnormal kronis. " Kampret! Sumpeh! lu mau kita berdua semaput di amuk masa?" Teriakku yang membuatnya tertawa lepas.
    "Ini seru tau nyet!".
    Lalu kami berdua tertawa lepas, entah bagaimana hubungan mereka setelah kejadian itu, intinya manusia kera ini tahu caranya membuat orang menjadi frustasi.

    Lamunan ku terhenti saat seseorang tiba-tiba mendorong keningku dengan telunjuknya, Dio!
    "Hahaha tampang pongo kamu aneh Bel!"
    "Dio! kaget tau!"
    "Pulang bareng yuk? Kamu pulang naik bis lagi kan?".
    Waah kesempatan! batinku.

    aku pura-pura berpikir. "euhhm.. Iya kok, bareng aja!" jawabku berusaha terlihat biasa. jual mahal tetap berlaku bro!

    bel tanda masuk pun berbunyi. kami mengakhiri pembicaraan dan duduk di bangku masing-masing.

    sepanjang pelajaran aku tidak benar-benar memperhatikan pelajaran. otakku melambung memikirkan apa yang harus kulakukan nanti saat pulang. apa yang harus aku bicarakan bersama dio?

    ah. sungguh aku tidak sabar. kapan lagi pulang bareng dio! rasanya ia ingin memutar waktu lebih cepat agar segera jam pulang.

    BalasHapus