Senin, 19 Desember 2011

Hanbok (pakaian tradisional korea)

Annyeonghaseyo semua, sekarang kita bahas Hanbok alias pakaian tradisional Korea. Pasti banyak deh yang suka gitu kalau liat orang pakai hanbok, yup aku juga. Rasamya iri gitu pengen coba pakai, tapi sebelum coba kita cari tahu dulu deh sejarah hanbok.




  Han berarti Korea, sedangkan Bok berarti Pakaian. Kalo Korea Utara sendiri menyebutnya chosonot. Pada awalnya warna hanbok tergantung tingkatan derajat si pemakainya, untuk golongan atas warna yang digunakan lebih indah misalnya biru dan hijau dengan bahan kain yang mahal. Sedangkan untuk golongan bawah, warna yang biasa digunakan antara putih atau krem, terkesan kusam. Untuk pakaian Pria terdiri dari sebuah Jaket (chorgorl), sebuah celana (pajl) dan sebuah mantel (turumagi). Jaket pria tanpa lengan dengan celana longgar yang diberi karet pada pergelangan kakinya. Pakaian wanita terdiri dari sebuah jaket pendek dengan dua pita panjang (chorgorl), dan sebuah pakaian panjang hingga kaki dan lebar di bagian bawah (chima)
Hanbok yang asli terbuat dari kain caftan, yaitu kain tipis transparan, tapi bahannya kaku. Karena sifat bahannya yg tembus pandang, maka pakaian dalam yg berwarna putih polos harus dikenakan terlebih dahulu. Tetapi hanbok yang sekarang terdiri dari bahan yg lebih bervariasi.
  
Baju hanbok bagian atas disebut jeogori, dan dalamannya disebut sok jeogori. sedangkan baju hanbok bagian bawah ( rok) disebut chima, dan dalamannya disebut sok chima.
Warna hanbok sangat cerah, dan eye-catching sekali. jika masih muda, jgn coba2 pakai hanbok yang warnanya kalem..
Motifnya.. seperti huruf2 cina bercampur dengan sulir2 dan bunga2. Hanbok yang mahal motifnya disulam dari benang. Sedangkan yg murah, cukup dilukis dengan cat seperti lem yang langsung bisa ditempelkan pada kain.

 SEJARAH PERKEMBANGAN HANBOK

  Beberapa elemen dasar hanbok pada saat ini seperti jeogori atau baju, baji (celana) dan chima(rok) diduga telah dipakai sejak waktu yang lama, namun pada zaman Tiga Kerajaanlah pakaian sejenis ini mulai berkembang. Lukisan pada situs makam Goguryeo menunjukkan gambar laki-laki dan wanita pada saat itu memakai celana panjang yang ketat dan baju yang berukuran sepinggang. Struktur tersebut sepertinya tidak banyak berubah sampai saat ini.
Pada akhir masa Tiga Kerajaan, wanita dari kalangan bangsawan mulai memakai rok berukuran panjang dan baju seukuran pinggang yang diikat di pinggang dengan celana panjang yang tidak ketat, serta memakai jubah seukuran pinggang dan diikatkan di pinggang.
Pada masa ini, pakaian berbahan sutra dari Tiongkok (Dinasti Tang) diadopsi oleh anggota keluarga kerajaan dan pegawai kerajaan. Ada yang disebut Gwanbok, pakaian tradisional untuk pegawai kerajaan pada masa lalu.



pakaian kerajaan shila nih :)

Ketika Dinasti Goryeo (918–1392) menandatangani perjanjian damai dengan Kerajaan Mongol, raja Goryeo menikahi ratu Mongol dan pakaian pegawai kerajaan lalu mengikuti gaya Mongol. Sebagai hasil dari pengaruh Mongol ini, rok (chima) jadi sedikit lebih pendek. Sedangkan Jeogori (baju untuk tubuh bagian atas) diikat ke bagian dada dengan pita lebar, sedangkan lengan bajunya didesain agak ramping.
Periode Joseon
Pakaian pria bangsawan
Pada masa Dinasti Joseon, jeogori wanita secara perlahan menjadi ketat dan diperpendek. Pada abad ke-16, jeogori agak menggelembung dan panjangnya mencapai di bawah pinggang. Namun pada akhir abad ke-19, Daewon-gun memperkenalkan Magoja, jaket bergaya Manchu yang sering dipakai hingga saat ini.
Chima pada masa akhir Joseon dibuat panjang dan jeogori menjadi pendek dan ketat. Heoritti atau heorimari yang terbuat dari kain linen difungsikan sebagai korset karena begitu pendeknya jeogori.
Kalangan atas memakai hanbok dari kain rami yang ditenun atau bahan kain berkualitas tinggi, seperti bahan yang berwarna cerah pada musim panas dan bahan kain sutra pada musim dingin. Mereka menggunakan warna yang bervariasi dan terang. Rakyat biasa tidak dapat menggunakan bahan berkualitas bagus karena tidak sanggup membelinya.
Umumnya dahulu kaum laki-laki dewasa mengenakan durumagi (semacam jaket panjang) saat keluar rumah.
Aksesori untuk kepala
gache
Baik pria maupun wanita memelihara rambut mereka menjadi panjang. Pada saat mereka menikah, mereka mengkonde rambutnya. Pria mengkonde (mengikat) rambutnya sampai atas kepala (sangtu), sedangkan wanita mengkonde sampai batas di belakang kepala atau di atas leher belakang. Wanita yang berprofesi sebagai penghibur seperti kisaeng, memakai aksesori wig yang disebut gache. Gache sempat dilarang di istana pada abad ke-18. Pada akhir abad ke-19, gache semakin populer di antara kaum wanita dengan bentuk yang semakin besar dan berat.
Tusuk konde binyeo, ditusukkan melewati konde rambut sebagai pengencang atau aksesori. Bahan pembuatan binyeo bervariasi sesuai kedudukan sosial pemakainya. Wanita juga mengenakan jokduri pada hari pernikahan mereka dan memakai ayam untuk melindungi tubuh dari cuaca dingin.
Pria menggunkan gat, topi yang dianyam dari rambut kuda, yang juga bervariasi model dan bentuknya sesuai status atau kelas.
Perayaan
Hwalot, pakaian pengantin
Hanbok digunakan diklasifikasikan berdasarkan peristiwanya: pakaian sehari-hari, termasuk untuk hari ulang tahun pertama anak.
Hanbok modern
Hanbok modern untuk anak-anak terbagi atas 2 atau 3 bagian dan bisa dipakai dengan mudah. Hanbok anak-anak dipakai biasanya satu atau dua kali setahun dalam perayaan Chuseok atau tahun baru imlek (seollal). Pada ulangtahun pertamanya (doljanchi) anak-anak memakai hanbok pertama mereka







                                                          hanbok untuk ratu silla

                                                            jenis hanbok kisaeng
                                                       how cute it is
                                                   hanbok wanita bangsawan
                                                         hanbok kisaeng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar