Minggu, 18 Desember 2011

Kak Fendy, malaikat yang patah sayapnya.

Pagi ini, nampak rasa malas menghampiriku untuk bangun dan sekedar pergi sekolah seperti anak SMA kebanyakan. Mengapa seperti ini? yaa karena kak fendy. Setiap hari aku memiliki rutinitas yang tidak seperti anak lain lakukan, mulai dari membopong Kak Fendy masuk ke dalam mobil, atau menemaninya ke dalam kelas. Dia cacat, kaki kirinya lumpuh. Kenapa? Karena kebodohan dia yang selalu giat berlatih sepak bola, yang belum tentu memberinya kebahagiaan.
  Kali ini kubiarkan mama yang membawa kakak ke dalam mobil, aku tidak ingin hari ini rusak karena keberadaannya, bagaimana tidak. Setiap pagi aku harus mendapat banyak cemooh tentang dirinya dari teman-teman lelakiku. Aku sudah muak mendengar hinaan dari mereka! Marah, kesal, kecewa, selalu menghampiriku. Seandainya waktu bisa diputar aku tidak ingin dia yang jadi kakak ku.
  “Anggi, jangan lupa bawakan tas kakak mu sesampai di sekolah”? sapa mama kepadaku.
“Loh? Memangnya kakak gak punya tangan sampai tasnya pun harus dibawain?” sergah ku. “Anggi? Kok mendadak jadi pemarah gini? Bukannya ini memang rutinitas kamu?” bujuk mama. “gak akan lagi ma” tolak ku, aku bisa melihat ekspresi mama yang kecewa atas sikap ku ini. Aku tidak peduli.
  Kak fendy memang bisa dibilang berwajah tampan, dia juga cerdas dan ahli bermain gitar. Banyak pula teman-teman ku yang naksir dengan dia, ambil saja dia biar kalian rasakan penderitaannya dia! Banyak komentar dari teman-teman yang bilang kalau aku sangat bodoh bila membenci dia, aku tidak peduli, coba saja kalian yang jadi aku!
  Hari ini ulang tahun ku, aku ingin acara ini bisa sempurna, aku mengundang hampir semua teman ku di sekolah. Aku bergegas menuju kamar  Kak Fendy,
“aku minta sama kakak jangan keluar please! Jangan ancurin pesta yang setahun sekali ini! Kakak gak mau kan, buat aku malu?” .
lalu kutinggalkan kak Fendy dengan wajah yang terlihat terkejut . biar saja dia begitu, memang dia fikir dia siapa.
  “Git, kakak lu kok gaada?” tanya Amel, “dia ga di undang mel?” jawabku dengan nada ketus. “gak di undang? Kok gitu git?” tanya Ica. “udah gak usah bahas makhluk itu! Bikin badmood tau gak!” aku langsung meninggalkan mereka. Langkahku terhenti ketika melihat seseorang menghampiri kami, itu Resty, pacar Kak Fendy. “hmm, Anggit? Happy birthday yah. Maaf hadiahnya seadanya” sapanya. “iyah res gapapa, ayo masuk”. 
“iyah, Kak Fendynya ada?”. 
 sudah kuduga. “cari aja di kamarnya, kayanya dia ga enak badan res” sergahku.
“oh, boleh di panggilin ga?”. 
“maaf res, yang mau aku urus bukan kamu aja, temen ku banyak jadi aku ga bisa ninggalin mereka”. 
Aku langsung pergi meninggalkan Resty yang terkejut. Dia pasti kesal, harusnya aku tidak bicara seperti itu kepadanya.
Selesai pesta, Kak fendy menghampiriku di kamarku.
“bisa ketuk dulu gak!!!”. Bentak ku.
“maaf, kakak Cuma mau tanya satu hal sama kamu”
“Apa, kalau gak penting gak usah deh” ketusku. “kemarin Resty kenapa? Kamu ngomong apa sama dia? Dia nangis tau gak! Di fikir kamu gak suka dia datang ke pesta!” jelasnya.
“apanya yang kenapa? Aku gak ngomong apa-apa kok ke dia, udah deh gapenting tau gak? Keluar sana! Cari rumah yang baru!!” bentakku.
“kamu kenapa sih?”
“kakak yang kenapa? Nyusahin banget tau gak!!”
“maksud kamu apa?”
“gak usah pura-pura bego deh! Keluar sana!”. Aku langsung mendorongya keluar kamar ku.
“aku Cuma say…” langsung kututup pintu sebelum dia menyelesaikan kata-katanya.
   Pagi ini terlihat sepi, sambil mengucek mata, kulihat jam dinding di dekat lemari. Sudah terlalu siang untuk pergi lari pagi. Kemudian aku turun ke bawah sambil melihat banyak hadiah-hadiah yang belum kubuka. Slah satunya.. waw? Apa ini? Piano? Maksudku, sejak dulu aku sangat menginginkannya, sebuah piano! Tiba-tiba ada kertas jatuh di bawh ku, kartu ucapan? Aku penasaran siapa pengirimnya. Hanya ada tulisan .
   Happy birthday! My little angel, love you so much.
Aku sangat terkejut,  siapa ya? Ini benar-benar membuat ku bingung, who care?
   Pagi ini benar-benar sepi, aku langsung menghampiri meja makan. Langsung saja kuhabiskan sarapan ku yang hampir dingin.
“mbok, yang lain pada kemana?” tanya ku.
“mbok juga kurang tau non, tadi pagi mbok masuk tapi rumah udah sepi” jawab mbok minah dengan nada yang bingung.
“oke mereka mau ninggalin aku sendirian di rumah, it’s fine!”
Aku kembali ke kamar dan mengambil handphone ku. Aku tidak tahu mereka pergi kemana? Tapi aku juga ingin pergi keluar dengan teman!
“halo, amel? Dimana? Keluar yuk!”
“ha? Keluar mau kemana?”
“gak tau deh? Mau kemana?”
“yaudah ketemuan aja di mall biasa, oke?”
“oke, jangan lupa ajak yang lain ya”
“siip!”. Klik, telfon langsung kumatikan.
   Hunting sangat menyenangkan selama perjalanan aku putuskan untuk mematikan handphone ku agar tidak ada yang menghubungiku.
Aku pulang hampir jam 9 malam, kulihat mama menunggu ku di ruang tamu. “kamu kemana?” tanyan mama, sesekali aku mendengar mama terisak.
“pergi ma, sama teman-teman” jawabku. “mama kenapa?”
Mama lalu menangis dan meninggalkan aku diruang tamu sendirian, aku pun bergegas memasuki kamar. Aku berniat akan menanyakannya lagi kepada mama besok.
 "ma? kemarin kenapa? kok mama nangis?
""kamu mau tahu kenapa?" aku mengangguk lemas.
"ayo ikut mama sekarang"'. isak mama.
aku hanya menurut, aku tidak tahu akan di bawa kemana oleh mama. Mama menyetir mobil, sedangkan aku hanya memandangi langit yang gelap yang sepertinya akan hujan.
  "kita sampai" tegur mama.
"rumah sakit?" tanya ku.
"ayo masuk kedalamnya"
aku hanya menurut lagi, aku tidak tahu kami akan menjenguk siapa sebenarnya. kami memasuki salah satu ruangan. disana ada seorang laki-laki kurus yang terbaring lemas di kasur. aku kenal dia, dia kak Fendy. aku sangat terkejut melihat ini semua.
"kak fendy kenapa ma?"
"kamu tidak perlu tahu, dia yang bilang" isak mama.
"aku harus tahu, dia kakak ku ma!"
"tidak, tidak dia bilang kamu tidak boleh tahu"
"ke, kenapa ma?"
"karena, dia sayang sama kamu"
"sa, sayang?"
"sebenarnya dia lumpuh bukan karena pertandingan itu"
"maksud mama?"
"sebenarnya waktu itu, kamu hampir kecelakaan"
"kecelakaan?"
"iya, tapi kak Fendy menyelamatkan kamu, kaki kirinya patah, dan dia sempat mengalami geger otak" tangis mama pecah.
"sebelum pertandingan itu sebenarnya kakinya sudah hampir sembuh, tapi dia terjatuh yang menyebabkan kakinya lebih buruk lagi"
jadi harusnya yang lumpuh itu aku, bukan kak Fendy? oh Tuhan, aku tidak tahu apa yang ada di fikiranku selama ini. Dia adalah malaikat, yaaku menyesal Tuhan.
"dia koma, dokter sudah angkat tangan dengan penyakit serius yang di milikinya"
"sekarang kita hanya bisa menunggu, menunggu keajaiban datang kepada Fendy"
  Tuhan, aku mohon selamatkan malaikat pelindung ku ini Tuhan. Aku, aku tidak benci dia, aku sayang dia Tuhan. Kalau bisa diberi kesempatan aku mau waktu di ulang pada saat aku kecelakaan itu, biar saja aku yang merasakannya Tuhan, jangan malaikat ini.

              2 minggu kemudian

      
    Aku masih belum bisa menerima kenyataan, bahwa Kak Fendy telah pergi. Dia hilang, dia pergi ketempat seharusnya, karena dia itu malaikat. Aku sungguh terlambat, hampir setiap hari kumainkan piano ini, entah siapa pengirimnya. aku ingin melihat senyum kakak lagi.                 
  kubuka pintu kamar kak Fendy, aku masih bisa merasakan kehadirannya disini, kubuka diary nya yang terletak di atas kasur, kubuka diary itu secara perlahan ku baca lembaran pertama.

                5 febuary 2011
piano baru untuk adkku, aku tak sengaja mendengar pembicaraan nya di telfon genggam kemarin, dan dia bilang dia ingin piano, akku membelinya dengan uang tabungan selama ini, aku bangga dengannya.

kurasakan air mengalir dipipiku, dia, benar-benar sayang denganku? aku benar-benar bodoh telah mengecewakannya, kupeluk diary itu dan aku berbaring di kasurnya, seketika kurasakan dia memang sudah pergi, namun kenangan nya masih melekat dihatiku.
     
    maaf kan aku kak, seandainya waktu itu aku tahu semuanya. pasti aku akan menyayangimu seperti yang kau lakukan selama ini kepadaku, karena aku memang sayang pada mu, aku janji bila ada kehidupan kedua. aku akan menjadi adik terbaik bagimu.

  tulis ku pada bagian terakhir diary kak Fendy, aku kerumah Resty untuk minta maaf padanya, tapi dia bilang aku tidak perlu minta maaf, walau ia sudah pergi, aku masih akan tetap bersahabat dengan Resty untuk menghidupi kenangan tentang Kak Fendy, malaikat ku.
       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar