Senin, 15 April 2013

Promise me (yefany)



Promise me
Cast:    Tiffany hwang (snsd)
              Yesung (suju)
              Yuri (snsd)
              Find by yourself
 genre:   romance


Annyeong readers, chingudeul! ini ff pertamaku yefany, mianhae typo merajarela, enjoy! don't forget to coment? kamsahamnida *bow*







Promise me
Cast:    Tiffany hwang (snsd)
              Yesung (suju)
              Yuri (snsd)
              Find by yourself

Tiffany pov
         Hari ini benar-benar melelahkan, aku selalu saja pulang sore beberapa hari terakhir ini. Tentu saja saat sekolah sudah benar-benar sepi.

“kenapa mereka selalu saja menambah pekerjaanku!!” keluhku dan menghempaskan tubuhku di bangku taman belakang sekolah.

 “arggghhh!!!” aku berteriak sekeras mungkin sambil mengacak kasar rambutku. Hingga aku mendengar suara dari semak-semak yang membuat ku merinding.

“bisa diam tidak!!! Mengganggu saja!” bentak seorang namja dari balik pohon. Aku menelan ludah, namja itu melemparkan pandangan membunuh ke arahku,

“mi...mian..” dan namja itu pergi meninggalkanku yang terpaku. Dia, Kim Jong woon, teman sekelasku orang misterius yang suka menyendiri dan agak pendiam belakangan ini. Dia namja dingin yang selalu membuat ku penasaran. Sebaiknya sekarang aku pulang, karena hari mulai gelap.

 Kulangkahkan kaki ku meninggalkan sekolah ini, langit mendung dan sialnya aku lupa membawa payung. Belum sampai di halte hujan sudah turun yang memaksaku berteduh di depan toko-toko yang berjejer dekat halte.
 “aissshh jinja!” ujarku kesal, pasti eomma akan marah lagi padaku, ini sudah gelap. Dari jauh kulihat seorang namja yang kutemui dibelakang sekolah tadi.

“Jong woon-ssi..” ucapku pelan, dia seperti tidak dalam keadaan baik. Wajahnya pucat, dia bersandar di salah satu etalase toko.

Yesung pov.
  Aissh, kapan hujan sialan ini berhenti, aku tak suka dengan basah dan dingin seperti ini. Tiba-tiba seseorang menghampiriku. Dia yeoja yang tadi kulihat di belakang sekolah.

 “Jong woon-ssi, gwaenchanayo?” ujarnya ragu.

“mwoya! Ka!” ucapku kasar.

“mianhata, tapi wajahmu puca...”

“KA!” bentakku, sontak dia terkejut dan mundur beberapa langkah dariku. Tanpa ku hiraukan dia, aku berjalan beberapa langkah meninggalkannya dan semuanya menjadi gelap.
  Kepalaku sakit sekali, kurasakan sesuatu menyentuh wajahku lembut. Segera ku buka mataku, kudapati yeoja itu duduk disampingku dengan wajahnya yang lelah namun sangat lembut. Dia tersenyum ragu kearahku.

“jong woon-ssi kau sudah sadar!” ucapnya pelan

aku tidak mengerti apa yang terjadi, namun senyumannya membuat darahku berdesir hebat. “eodiso?” tanyaku padanya.

Tiffany pov.
“eodiso?” ucapnya lemah.

 ”dirumah sakit, dokter bilang magh mu kambuh, apa tadi kau sudah makan siang?”

“anni, aku mau pulang.” Dia bangun dan meraih ranselnya di meja.

 “tapi kau masih sangat lemah”  tahanku.

“gwaenchana, jangan pura-pura peduli.” Segera dia meninggalkanku yang masih terpaku.
Aku mengikutinya dari belakang karena kebetulan rumah kami searah. Kami naik bus dalam diam seolah tidak mengenal, kami duduk berseberangan, sama-sama bersandar dekat kaca. Aku tak mengerti dia jadi begitu pendiam belakangan ini, walau dia dingin, namun dulu dia sangat ceria dan selalu bertingkah konyol. Kami juga sering satu bus seperti ini, namun kami tak pernah bicara. Aku tersadar dari lamunanku saat ku sadar busnya sudah sampai di halte yang kutuju, segera kulangkahkan kaki ku sebelum bus ini kembali jalan menuju halte berikutnya.
 BUGH.
Kepalaku dan Jong woon berbenturan, dia meringis begitupun aku yang langsung memegang kepalaku dan mengusapnya. Namun seakan tak peduli kami turun dari bus ini sebelum dia jalan lagi.

Author pov
Yesung dan Tiffany masih mengusap kepalanya.

“kau tidak punya mata hah?” ucap yesung kesal.

“mianhamnida, aku ti..”

“Jinjja!!!” balas yesung kesal dan meninggalkan tiffany.

Tiffany mengerucutkan bibirnya, dia bahkan belum mengucapkan terimakasih yapi dia sangat ketus. Hari sudah larut, tiffany takut-takut berjalan menyusuri gang rumahnya yang sepi. Perasaannya mulai kacau, dia sangat takut keringat dingin mulai membasahi wajah cantiknya. Dia merasa langkahnya diikuti seseorang. Kecurigaanya benar dia diikuti segerombol orang dibelakangnya Tiffany mempercepat langkahnya namun terlambat, seseorang meraih tangannya dan menariknya
“hai cantik, ini sudah larut” ujarnya, dari nafasnya dia tahu bahwa pria ini mabuk.
“lepaskan!!” bentaknya
“berani juga, aku suka gadis pemberani” ujar ahjussi itu seduktif. Tiffany meronta minta tolong, sialnya gang itu sudah sepi tidak ada yang bisa membantunya.
“Kim jong woon, jong woon-ah!” Jeritnya lagi hanya nama itu di fikirannya berharap yesung belpergi belum jauh. Beberapa detik kemudian seseorang menghajar ahjussi itu tiba-tiba, tiffany terjatuh dan  langsung memeluk kedua kakinya sambil menangis.

Yesung pov.
Kutarik tangan tiffany namun dia tidak bergerak, “ya! Palli!” bentakku.

“jong woon-ssi kaki ku lemas” lirihnya.

Kutarik tangannya ku angkat dia kepunggungku dan berlari pelan meninggalkan ahjussi yang kutakutkan akan segera sadar dan menghajar kami. Baju ku basah, dia menangis di punggungku, “ya uljima, dimana rumahmu?” tanyaku kesal.

“aku, hiks aku..”

“palliwa!”

 “di sana hiks belok kanan cat warna biru” jawabnya lemah. Kulangkahkan kaki ku ke tempat yang dia sebutkan. Kuturunkan dia dari punggungku, namun dia tak bergerak dia malah mengeratkan tangannya di punggungku.
“kita sudah sampai” ucapku.

 “hiks jong woon-ssi aku takut”. Darahku kembali berdesir hebat mendengarnya.

“aniya, uljima kita sudah sampai. Kau sudah aman.” Aku berusaha menenangkannya. Dia merenggangkan tangannya, aku menurunkannya pelan. Dia memegangi wajahnya dengan kedua tangannya.

“aku pulang” kutinggalkan dia yang masih menangis.

“changkaman..” ujarnya menarik tanganku,

 “mwoya?” tanyaku memandangi wajahnya

 “gomawo hiks, padahal kau sedang sakit mianhata sudah merepotkanmu.” Entah mengapa hatiku sedikit melunak melihatnya.

Author pov.
Tanpa respon apapun yesung meninggalkan tiffany yang masih berdiri didepan rumahnya, entah mengapa tangisan itu membuatnya teringat akan sesuatu hal yang membuatnya muak dan terpuruk sekarang, dia ingin berusaha melupakan hal itu secepatnya. Namun tiffany membuatnya ingat akan hal itu.

At school.
Yesung dan tiffany seolah-olah tidak mengenal kembali, seperti kemarin tidak terjadi sesuatu antara mereka.

“fany-ah, hari ini kau gantikan tugas piketku, kemarin kau sudah menggantikan tugas hye rin kan? Arraso!” bentak seseorang di meja tiffany, yesung terlihat melirik kearah sumber keributan dan mengeleng pelan
.
 “ya jo eun-ah! Kau fikir dia ini pembantu! Kau kerjakan piketmu sendiri, arraci?!” ujar yuri sahabat tiffany kesal.

 “mwoya, kau fikir kau siapa eh? Kau fikir kau ini ibunya? Bahkan dia sendiri tidak menolak, betulkan fany-ah? Bukankah kita teman?” liriknya tajam ke arah tiffany, sebelum yuri membalas ucapannya tiffany memegang tangan yuri.

 “gwaencahana yuri-ya, aku memang tidak ada kerjaan dirumah, mungkin aku bisa membantu.” Ucapnya lemah.

“tapi..”

“kau sudah dengar kan? Baiklah jangan lupa fany-ah” potong jo eun.

“ya fany-ah! Wae geure!!!” tanya yuri kesal

“nan gwaenchana” balas tiffany dengan senyum yang dipaksakan. Yesung memandang tiffany yang duduk 3 bangku didepannya miris, bahkan untuk menolak pun yeoja itu tidak berani.

Sore itu tiffany kembali menggantikan tugas piket temannya, dia tidak pernah menolak apa yang diminta temannya karena ia takut dimusuhi, teman yang ia punya hanya yuri, jadi dia tidak ingin bermasalah dengan siapapun. Dia kembali duduk di bangku taman belakang, perlahan matanya mulai terpejam menikmati semilir angin yang membelai wajahnya lembut.

“ahh segarnya.” Tiffany bangun dari tempatnya menuju pohon rindang dan memandang gunung yang terlihat jauh dari sekolahnya.

Tiffany pov.
Aku memandang gunung di seberang sekolah, bisakah aku kesana? Terkadang aku muak disini. Saat aku berbailik aku terkejut ternyata disana seorang namja yang bersandar di pohon memperhatikan ku dengan matanya yang tajam. Ia kemudian berjalan menghampiriku. “kau belum pulang?”
 aku hanya menunduk mengingat peristiwa yang terjadi kemarin.

 “aniyo, kau sendiri?” tanyaku lagi.

“na? Cih! Aku ini seorang namja, aku bahkan bisa pulang larut jika aku mau, sedangkan kau.”

 “...”

 “Kau bahkan terlalu lemah untuk bilang ‘tidak’.” Balasnya tajam

“pulanglah, aku tidak ingin kejadian kemarin terulang, kau...”

“waeyo? Aku kesepian disini bahkan aku hanya memiliki satu orang teman disisiku. Mereka, aku tidak ingin mereka memandang ku sebelah mata. Kau punya banyak teman disisimu, kau tidak mengerti tentang diriku, jangan bersikap seolah kau mengetahui segala tentang aku!!” potongku, emosi ku meluap air mataku tak dapat terbendung lagi. Aku meninggalkannya yang terpaku dan berlari sekuat tenaga .
Bruukk. Tanpa sadar aku menabrak seseorang.

“gwaenchanayo?” tanyanya lembut. Tanpa memandangnya aku segera bangun dan membungkuk

“mianhata” dan kembali berlari. kim Jong woon, bagaimana mungkin dia yang bersikap acuh tak acuh berani menghakimiku. Aku menangis sejadinya, sejak sekolah menengah pertama aku tidak pernah memiliki teman yang benar-benar disisiku. Bahkan aku belum tahu makna teman itu sebenarnya.

Author pov.
Tiffany mengusap kedua matanya. Pagi ini kepalanya terasa sangat berat karena semalaman ia
menangis terbayang ucapan yesung. Tiffany menoleh kearah jam dinding, pukul 10.00 dia ingat bahwa hari ini adalah rutinitasnya mengunjungi taman kota karena disana banyak anak-anak yang biasanya menjadi temannya. Segera ia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan merias dirinya secantik mungkin seakan-akan dia akan berkencan dengan seseorang hari ini. Dia membawa banyak gula-gula dan biskuit kecil yang dibungkusnya dengan plastik kecil dan pita. Dia bersenandung kecil melangahkan kaki nya ke arah pintu. Eomma nya hanya tersenyum melihat rutinitasnya yang unik, bahkan dia melupakan sarapannya.

“fany-ah, sarapan mu?” ucap eommanya lembut

“nan gwaenchana eomma, aku tidak lapar hehe” jawabnya sambil mengenakan sepatu kets pink kesayangannya di depan rumahnya.

Tiffany pov.
Aku sampai ditaman kota mencari anak-anak yang biasanya menjadi temanku, kuedarkan pandanganku mencari sosok mereka. Mataku tertuju pada sekumpulan anak-anak yang tengah bercanda dan tertawa renyah dan menghampiri mereka. Namun betapa terkejutnya aku melihat sesorang yang lebih dulu menemani mereka.

 “jong woon-ssi” ucapku pelan.

 “eoni, eoni!! Kau sudah datang, kenapa terlambat?” ujar ji hyen salah satu anak favoritku, jong woon menoleh ke arah kami dia terkejut dengan kehadiranku. Mata kami bertemu, cukup lama kami saling memandangi, apa yang ada difikirannya saat ini? ji hyen mengguncang lengan ku untuk membuatku memandangnya. Aku berjongkok agar menyamai tinggi ji hyen

“mianhae ji hyen-ah, eoni kesiangan eoh.” Jawabku mengerucutkan bibirku mengepalkan kedua tangan dan meletakannya di depan wajah.

“ eoni, eoni!! oppa itu baik sekali eoni, dia membelikan kami ice cleam.” Ucapnya menggemaskan,

”jinjja?” ku cubit pipi chubbynya lembut dan menoleh kearah jong woon yang sedang menggendong min ji seolah olah sedang meluncur seperti pesawat, dalam benakku masih terbayang apa yang diucapkannya kemarin. Aku masih merasa kesal hingga saat ini.

“naik, naik, naik daaan meluncurr..” ucapnya bersemangat disambut teriakan senang dari beberapa anak yang mengerumuninya. Tanpa sadar aku menarik sudut bibirku membentuk senyuman, ya! Tiffany! Dia itu orang menyebalkan yang berani menghakimimu! Sekarang aku memandangnya penuh kebencian.

“eoni, eoni bawa apa?” tanya ji hyen menyadarkan lamunanku.

“ah, ini eoni membawakan kalian gula-gula dan biskuit” ji hyen langsung berlari ke arah yang lain dan berteriak aku membawakan mereka apa. Mereka tampak senang dan buru-buru menghampiriku. Aku tersenyum dan menurunkan plastik besar yan ku bawa. Aku membagikannya kepada mereka, mereka terlihat senang yang lagi-lagi membuat senyuman di wajahku setelah kurasa mereka sudah mendapat bagiannya aku menutup plastik yang tadi kubawa.

“nuna, nuna tidak memberikannya kepada hyung?” sontak aku menoleh memperhatikan jong woon diantara mereka. Jong woon langsung meletakan kedua tangannya di depan wajahnya dan mengeluarkan aegyonya

“nunaaa gula-gulaku manaaa, aku mau gula-gulaaaaa” anak-anak sekitarku tertawa renyah, jong woon lalu mengerucutkan bibirnya

 “nunaaa, nunaaaa” ucapnya dengan nada yang dibuat-buat.

“ ya! geumanhae, igo yo” aku memberikan gula-gula yang tersisa di plastik tadi.

“kamcahamnida, nunaaaa” anak-anak itu kembali terkikik geli. Mereka memakan gula-gula mereka dengan rakus, aku terkekeh geli melihat mereka yang begitu manis seperti malaikat.

“eoni ayoo kita main?” ucap ji hyen.

“main apa putri kecil?” aku mengelus lembut pelan rambut ji hyen.

 “eoni jadi putri saja!” ujar jin pyo,

“aku mau jadi pangerannya” tambahnya lagi.

 “jin pyo-ya oppa ini yang jadi pangelannya” ujar ji hyen yang membuat rona di wajahku.

“nde??” ucapku terkejut

 “aniyaaa” jin pyo menggeleng cepat

“lalu aku jadi apa?” ujar jong woon menegeluarkan aegyonya,  dan lagi-lagi pipiku memerah.

“hmmm hyung jadi monsternya.” Balas jin pyo semangat. Jong woon mengerucutkan bibirnya dan mulai mengejar anak itu

 “aku monster huaa aku monster, mana pangeran itu mana? Ha ha ha!” anak-anak itu menjerit dan berlarian  kesembarang arah karena jong woon mengejar mereka tak beraturan.

“putri, putri!! aku akan menyelamatkanmu” ujar jin pyo setengah teriak. Aku tersenyum

“palliwa, wajangnim! sebelum monster itu datang”. ucapku menggodanya. Mereka berlarian kearahku dan bocah itu menubrukku membuat mundur terhuyung kebelakang dengan sigap seseorang meraih pinggangku agar tidak jatuh. Lengannya memeluk pinggangku begitu kuat. matanya menyusuri bola mataku tajam, jantungku mulai berdetak tak beraturan darah ku mengalir begitu cepat, jong woon, pandangannya seolah memaksaku untuk balas menatapnya, apa arti dari tatapan itu?

 “seperti di buku dongeng ku!!’’ ujar ji hyen menyadarkan lamunanku, aku mengerjapkan mata ku beberapa kali dan melepas tangan jong woon dari pinggangku.

“Gwanchanayo” ucapku pelan

Jong woon melihat ke arah bocah tadi “jin pyo-ya! kau harus hati-hati ne? Bisa-bisa pangerannya malah membunuh sang putrinya eoh.” Jong woon mengacak pelan rambut bocah itu

“arraso hyung, nuna mianhae?” jin pyo memelukku, aku pun balas memeluknya

“gweanchana”.

“baiklah, sudah siang, saat nya anak-anak melakukan kegitan favorit mereka! Makan siang dan tidur?” ucap yesung aku hanya menduduk mengingat kejadian barusan.

“geurre hyung, jeongmal baegupa. Kajja!” ucap jin pyo semangat.

 “eoni, oppa annyeong” ucap mereka bersamaan melambaikan tangan mereka. Jong woon melambaikan tangan kepada mereka, Ji hyen memelukku sebelum pergi, jong woon tersenyum kecil sambil memperhatikan kami.
Author pov.
Tiffany hanya menunduk, tidak berani menatap yesung di sampingnya.

“bukankah mereka merepotkan?” yesung memulai pembicaraan.

“nde?”

“geurom, mereka itu merepotkan. Tapi mereka menyenangkan, dan mereka berbeda tidak cengeng seperti anak-anak kebanyakan.” Tiffany merasa tersindir dengan ucapan yesung, dia hanya kembali menunduk.

“tiffany-ssi, kau berbeda sekali hari ini.” Tiffany kembali mendongak memperhatikan lawan bicaranya.

 “kau berdandan?” goda yesung,

“oh ini, aku” tiffany mulai menyentuh bibirnya hendak menghapus lipgloss pink dibibirnya. Dengan cepat tangan yesung memegang tangan tiffany untuk tidak melakukannya.

“aniya, gwaenchana. Kau terlihat cantik tiffany-ssi”. Tiffany menutupi wajahnya yang memerah

“kajja!”

“eodiso?” tanya ku bingung

“menurutmu?” tanpa basa-basi yesung mengait tangan tiffany membawanya ke restaurant cepat saji dekat taman, tanpa yesung tau perlakuannya membuat tiffany salah tingkah, jantungnya berdegup kencang sejak tadi.

 “tanganmu berkeringat tiffany-ssi” yesung terkekeh, sontak tiffany melepaskan genggamannya namun yesung mengamit tangannya lagi.

Yesung pov.
Aku menggenggam tangannya lagi, kulihat ia salah tingkah wajahnya memerah, aku berdehem kurasakan jantungku mulai berdetak tak beraturan namun aku berusaha tetap tenang. Kubawa dia kesalah satu restaurant favoritku. Aku memesan makanan dan membawanya ke meja kami. Tiffany masih menunduk memainkan jemarinya.

 “makanlah, sebelum dingin.” Ucapku lembut

 “ah ne, gomawo.” Jawabnya pelan. Aku meperhatikannya, cara makannya persis seperti anak umur 5 tahun, aku terkekeh kecil.

“waeyo.” Kurasa dia menyadari apa yang kutertawakan.

“aniyo, cepat habiskan makananmu” dia hanya mengangguk kecil. Aku mengedarkan pandangan ku, dan mataku menangkap sosok seseorang tiba-tiba hatiku memanas, dia yang selama ini selalu kurindukan kehadirannya. Dia yang membuatku patah hati dan terpuruk berbulan-bulan, kini dia bersama seorang namja yang sudah menjadi keputusannya.

Author pov.
Tiffany mengerutkan keningnya ketika memperhatikan apa yang yesung lakukan. dia pun menoleh ke arah orang yang di perhatikannya nampak sepasang kekasih yang sangat mesra, tiffany sepertinya mengenal namja itu, Tapi yeoja itu? tiffany menatap yesung lagi. “nuguseyo?” yesung yang menahan amarahnya yang membuat wajahnya memanas.

“jong woon-ah?”

 “ayo kita pulang sekarang!” ucap yesung berusaha menahan amarahnya yang memuncak.
“tapi..” belum sempat tiffany menjawab yesung langsung menariknya pergi, namun tidak sengaja tiffany menabrak seseorang.

 “mianhamnida” tiffany menundukkan kepalanya

“yesunggie?” ucap yeoja yang ditabrak tiffany. Yesung menghentikan langkahnya menatap wajah yeoja itu dengan amarahnya.

“ternyata benar, yesunggie.” Ucap yeoja itu lagi.

“jangan panggil aku seperti itu.” Yesung menarik tiffany lagi dan keluar dari restaurant tadi.

“jong woon-ah?” yesung tidak merespon dia hanya berjalan terus.

“jong woon-ah, appo!” tiffany melepaskan tangan yesung. Yesung menghentikan langkahnya dan menatap tiffany, tiffany merasa nyeri pada pergelangan tangannya yang sudah membiru akibat ulah yesung.


TBC...


eotte chingudeul? jangan lupa komentar yah buat next story

Tidak ada komentar:

Posting Komentar