Promise me
Cast: Tiffany
hwang (snsd)
Yesung (suju)
Yuri
(snsd)
Find
by yourself
genre: romance
Annyeong readers, chingudeul! ini ff pertamaku yefany, mianhae typo merajarela, enjoy! don't forget to coment? kamsahamnida *bow*
Promise me
Cast: Tiffany
hwang (snsd)
Yesung (suju)
Yuri
(snsd)
Find
by yourself
Tiffany pov
Hari ini benar-benar melelahkan, aku
selalu saja pulang sore beberapa hari terakhir ini. Tentu saja saat sekolah
sudah benar-benar sepi.
“kenapa
mereka selalu saja menambah pekerjaanku!!” keluhku dan menghempaskan tubuhku di
bangku taman belakang sekolah.
“arggghhh!!!” aku berteriak sekeras mungkin
sambil mengacak kasar rambutku. Hingga aku mendengar suara dari semak-semak
yang membuat ku merinding.
“bisa
diam tidak!!! Mengganggu saja!” bentak seorang namja dari balik pohon. Aku
menelan ludah, namja itu melemparkan pandangan membunuh ke arahku,
“mi...mian..”
dan namja itu pergi meninggalkanku yang terpaku. Dia, Kim Jong woon, teman sekelasku
orang misterius yang suka menyendiri dan agak pendiam belakangan ini. Dia namja
dingin yang selalu membuat ku penasaran. Sebaiknya sekarang aku pulang, karena
hari mulai gelap.
Kulangkahkan kaki ku meninggalkan sekolah ini,
langit mendung dan sialnya aku lupa membawa payung. Belum sampai di halte hujan
sudah turun yang memaksaku berteduh di depan toko-toko yang berjejer dekat
halte.
“aissshh jinja!” ujarku kesal, pasti eomma
akan marah lagi padaku, ini sudah gelap. Dari jauh kulihat seorang namja yang
kutemui dibelakang sekolah tadi.
“Jong
woon-ssi..” ucapku pelan, dia seperti tidak dalam keadaan baik. Wajahnya pucat,
dia bersandar di salah satu etalase toko.
Yesung
pov.
Aissh, kapan hujan sialan ini berhenti, aku
tak suka dengan basah dan dingin seperti ini. Tiba-tiba seseorang menghampiriku.
Dia yeoja yang tadi kulihat di belakang sekolah.
“Jong woon-ssi, gwaenchanayo?” ujarnya ragu.
“mwoya!
Ka!” ucapku kasar.
“mianhata,
tapi wajahmu puca...”
“KA!”
bentakku, sontak dia terkejut dan mundur beberapa langkah dariku. Tanpa ku
hiraukan dia, aku berjalan beberapa langkah meninggalkannya dan semuanya
menjadi gelap.
Kepalaku sakit sekali, kurasakan sesuatu menyentuh
wajahku lembut. Segera ku buka mataku, kudapati yeoja itu duduk disampingku
dengan wajahnya yang lelah namun sangat lembut. Dia tersenyum ragu kearahku.
“jong
woon-ssi kau sudah sadar!” ucapnya pelan
aku
tidak mengerti apa yang terjadi, namun senyumannya membuat darahku berdesir
hebat. “eodiso?” tanyaku padanya.
Tiffany
pov.
“eodiso?”
ucapnya lemah.
”dirumah sakit, dokter bilang magh mu kambuh,
apa tadi kau sudah makan siang?”
“anni,
aku mau pulang.” Dia bangun dan meraih ranselnya di meja.
“tapi kau masih sangat lemah” tahanku.
“gwaenchana,
jangan pura-pura peduli.” Segera dia meninggalkanku yang masih terpaku.
Aku
mengikutinya dari belakang karena kebetulan rumah kami searah. Kami naik bus
dalam diam seolah tidak mengenal, kami duduk berseberangan, sama-sama bersandar
dekat kaca. Aku tak mengerti dia jadi begitu pendiam belakangan ini, walau dia
dingin, namun dulu dia sangat ceria dan selalu bertingkah konyol. Kami juga
sering satu bus seperti ini, namun kami tak pernah bicara. Aku tersadar dari
lamunanku saat ku sadar busnya sudah sampai di halte yang kutuju, segera
kulangkahkan kaki ku sebelum bus ini kembali jalan menuju halte berikutnya.
BUGH.
Kepalaku
dan Jong woon berbenturan, dia meringis begitupun aku yang langsung memegang
kepalaku dan mengusapnya. Namun seakan tak peduli kami turun dari bus ini
sebelum dia jalan lagi.
Author
pov
Yesung
dan Tiffany masih mengusap kepalanya.
“kau
tidak punya mata hah?” ucap yesung kesal.
“mianhamnida,
aku ti..”
“Jinjja!!!”
balas yesung kesal dan meninggalkan tiffany.
Tiffany
mengerucutkan bibirnya, dia bahkan belum mengucapkan terimakasih yapi dia
sangat ketus. Hari sudah larut, tiffany takut-takut berjalan menyusuri gang
rumahnya yang sepi. Perasaannya mulai kacau, dia sangat takut keringat dingin
mulai membasahi wajah cantiknya. Dia merasa langkahnya diikuti seseorang.
Kecurigaanya benar dia diikuti segerombol orang dibelakangnya Tiffany
mempercepat langkahnya namun terlambat, seseorang meraih tangannya dan
menariknya
“hai
cantik, ini sudah larut” ujarnya, dari nafasnya dia tahu bahwa pria ini mabuk.
“lepaskan!!”
bentaknya
“berani
juga, aku suka gadis pemberani” ujar ahjussi itu seduktif. Tiffany meronta
minta tolong, sialnya gang itu sudah sepi tidak ada yang bisa membantunya.
“Kim
jong woon, jong woon-ah!” Jeritnya lagi hanya nama itu di fikirannya berharap yesung
belpergi belum jauh. Beberapa detik kemudian seseorang menghajar ahjussi itu
tiba-tiba, tiffany terjatuh dan langsung
memeluk kedua kakinya sambil menangis.
Yesung
pov.
Kutarik
tangan tiffany namun dia tidak bergerak, “ya! Palli!” bentakku.
“jong
woon-ssi kaki ku lemas” lirihnya.
Kutarik
tangannya ku angkat dia kepunggungku dan berlari pelan meninggalkan ahjussi
yang kutakutkan akan segera sadar dan menghajar kami. Baju ku basah, dia
menangis di punggungku, “ya uljima, dimana rumahmu?” tanyaku kesal.
“aku,
hiks aku..”
“palliwa!”
“di sana hiks belok kanan cat warna biru”
jawabnya lemah. Kulangkahkan kaki ku ke tempat yang dia sebutkan. Kuturunkan
dia dari punggungku, namun dia tak bergerak dia malah mengeratkan tangannya di
punggungku.
“kita
sudah sampai” ucapku.
“hiks jong woon-ssi aku takut”. Darahku
kembali berdesir hebat mendengarnya.
“aniya,
uljima kita sudah sampai. Kau sudah aman.” Aku berusaha menenangkannya. Dia
merenggangkan tangannya, aku menurunkannya pelan. Dia memegangi wajahnya dengan
kedua tangannya.
“aku
pulang” kutinggalkan dia yang masih menangis.
“changkaman..”
ujarnya menarik tanganku,
“mwoya?” tanyaku memandangi wajahnya
“gomawo hiks, padahal kau sedang sakit
mianhata sudah merepotkanmu.” Entah mengapa hatiku sedikit melunak melihatnya.
Author
pov.
Tanpa
respon apapun yesung meninggalkan tiffany yang masih berdiri didepan rumahnya,
entah mengapa tangisan itu membuatnya teringat akan sesuatu hal yang membuatnya
muak dan terpuruk sekarang, dia ingin berusaha melupakan hal itu secepatnya.
Namun tiffany membuatnya ingat akan hal itu.
At
school.
Yesung
dan tiffany seolah-olah tidak mengenal kembali, seperti kemarin tidak terjadi
sesuatu antara mereka.
“fany-ah,
hari ini kau gantikan tugas piketku, kemarin kau sudah menggantikan tugas hye rin
kan? Arraso!” bentak seseorang di meja tiffany, yesung terlihat melirik kearah
sumber keributan dan mengeleng pelan
.
“ya jo eun-ah! Kau fikir dia ini pembantu! Kau
kerjakan piketmu sendiri, arraci?!” ujar yuri sahabat tiffany kesal.
“mwoya, kau fikir kau siapa eh? Kau fikir kau
ini ibunya? Bahkan dia sendiri tidak menolak, betulkan fany-ah? Bukankah kita
teman?” liriknya tajam ke arah tiffany, sebelum yuri membalas ucapannya tiffany
memegang tangan yuri.
“gwaencahana yuri-ya, aku memang tidak ada
kerjaan dirumah, mungkin aku bisa membantu.” Ucapnya lemah.
“tapi..”
“kau
sudah dengar kan? Baiklah jangan lupa fany-ah” potong jo eun.
“ya
fany-ah! Wae geure!!!” tanya yuri kesal
“nan
gwaenchana” balas tiffany dengan senyum yang dipaksakan. Yesung memandang
tiffany yang duduk 3 bangku didepannya miris, bahkan untuk menolak pun yeoja
itu tidak berani.
Sore
itu tiffany kembali menggantikan tugas piket temannya, dia tidak pernah menolak
apa yang diminta temannya karena ia takut dimusuhi, teman yang ia punya hanya
yuri, jadi dia tidak ingin bermasalah dengan siapapun. Dia kembali duduk di
bangku taman belakang, perlahan matanya mulai terpejam menikmati semilir angin
yang membelai wajahnya lembut.
“ahh
segarnya.” Tiffany bangun dari tempatnya menuju pohon rindang dan memandang
gunung yang terlihat jauh dari sekolahnya.
Tiffany
pov.
Aku
memandang gunung di seberang sekolah, bisakah aku kesana? Terkadang aku muak
disini. Saat aku berbailik aku terkejut ternyata disana seorang namja yang
bersandar di pohon memperhatikan ku dengan matanya yang tajam. Ia kemudian
berjalan menghampiriku. “kau belum pulang?”
aku hanya menunduk mengingat peristiwa yang
terjadi kemarin.
“aniyo, kau sendiri?” tanyaku lagi.
“na?
Cih! Aku ini seorang namja, aku bahkan bisa pulang larut jika aku mau,
sedangkan kau.”
“...”
“Kau bahkan terlalu lemah untuk bilang ‘tidak’.”
Balasnya tajam
“pulanglah,
aku tidak ingin kejadian kemarin terulang, kau...”
“waeyo?
Aku kesepian disini bahkan aku hanya memiliki satu orang teman disisiku.
Mereka, aku tidak ingin mereka memandang ku sebelah mata. Kau punya banyak
teman disisimu, kau tidak mengerti tentang diriku, jangan bersikap seolah kau
mengetahui segala tentang aku!!” potongku, emosi ku meluap air mataku tak dapat
terbendung lagi. Aku meninggalkannya yang terpaku dan berlari sekuat tenaga .
Bruukk.
Tanpa sadar aku menabrak seseorang.
“gwaenchanayo?”
tanyanya lembut. Tanpa memandangnya aku segera bangun dan membungkuk
“mianhata”
dan kembali berlari. kim Jong woon, bagaimana mungkin dia yang bersikap acuh
tak acuh berani menghakimiku. Aku menangis sejadinya, sejak sekolah menengah
pertama aku tidak pernah memiliki teman yang benar-benar disisiku. Bahkan aku
belum tahu makna teman itu sebenarnya.
Author
pov.
Tiffany
mengusap kedua matanya. Pagi ini kepalanya terasa sangat berat karena semalaman
ia
menangis
terbayang ucapan yesung. Tiffany menoleh kearah jam dinding, pukul 10.00 dia
ingat bahwa hari ini adalah rutinitasnya mengunjungi taman kota karena disana
banyak anak-anak yang biasanya menjadi temannya. Segera ia bergegas ke kamar
mandi untuk membersihkan tubuhnya dan merias dirinya secantik mungkin
seakan-akan dia akan berkencan dengan seseorang hari ini. Dia membawa banyak
gula-gula dan biskuit kecil yang dibungkusnya dengan plastik kecil dan pita.
Dia bersenandung kecil melangahkan kaki nya ke arah pintu. Eomma nya hanya
tersenyum melihat rutinitasnya yang unik, bahkan dia melupakan sarapannya.
“fany-ah,
sarapan mu?” ucap eommanya lembut
“nan
gwaenchana eomma, aku tidak lapar hehe” jawabnya sambil mengenakan sepatu kets
pink kesayangannya di depan rumahnya.
Tiffany
pov.
Aku
sampai ditaman kota mencari anak-anak yang biasanya menjadi temanku, kuedarkan
pandanganku mencari sosok mereka. Mataku tertuju pada sekumpulan anak-anak yang
tengah bercanda dan tertawa renyah dan menghampiri mereka. Namun betapa
terkejutnya aku melihat sesorang yang lebih dulu menemani mereka.
“jong woon-ssi” ucapku pelan.
“eoni, eoni!! Kau sudah datang, kenapa
terlambat?” ujar ji hyen salah satu anak favoritku, jong woon menoleh ke arah
kami dia terkejut dengan kehadiranku. Mata kami bertemu, cukup lama kami saling
memandangi, apa yang ada difikirannya saat ini? ji hyen mengguncang lengan ku
untuk membuatku memandangnya. Aku berjongkok agar menyamai tinggi ji hyen
“mianhae
ji hyen-ah, eoni kesiangan eoh.” Jawabku mengerucutkan bibirku mengepalkan
kedua tangan dan meletakannya di depan wajah.
“
eoni, eoni!! oppa itu baik sekali eoni, dia membelikan kami ice cleam.” Ucapnya
menggemaskan,
”jinjja?”
ku cubit pipi chubbynya lembut dan menoleh kearah jong woon yang sedang
menggendong min ji seolah olah sedang meluncur seperti pesawat, dalam benakku
masih terbayang apa yang diucapkannya kemarin. Aku masih merasa kesal hingga
saat ini.
“naik,
naik, naik daaan meluncurr..” ucapnya bersemangat disambut teriakan senang dari
beberapa anak yang mengerumuninya. Tanpa sadar aku menarik sudut bibirku
membentuk senyuman, ya! Tiffany! Dia itu orang menyebalkan yang berani
menghakimimu! Sekarang aku memandangnya penuh kebencian.
“eoni,
eoni bawa apa?” tanya ji hyen menyadarkan lamunanku.
“ah,
ini eoni membawakan kalian gula-gula dan biskuit” ji hyen langsung berlari ke
arah yang lain dan berteriak aku membawakan mereka apa. Mereka tampak senang
dan buru-buru menghampiriku. Aku tersenyum dan menurunkan plastik besar yan ku
bawa. Aku membagikannya kepada mereka, mereka terlihat senang yang lagi-lagi
membuat senyuman di wajahku setelah kurasa mereka sudah mendapat bagiannya aku
menutup plastik yang tadi kubawa.
“nuna,
nuna tidak memberikannya kepada hyung?” sontak aku menoleh memperhatikan jong
woon diantara mereka. Jong woon langsung meletakan kedua tangannya di depan
wajahnya dan mengeluarkan aegyonya
“nunaaa
gula-gulaku manaaa, aku mau gula-gulaaaaa” anak-anak sekitarku tertawa renyah,
jong woon lalu mengerucutkan bibirnya
“nunaaa, nunaaaa” ucapnya dengan nada yang
dibuat-buat.
“
ya! geumanhae, igo yo” aku memberikan gula-gula yang tersisa di plastik tadi.
“kamcahamnida,
nunaaaa” anak-anak itu kembali terkikik geli. Mereka memakan gula-gula mereka
dengan rakus, aku terkekeh geli melihat mereka yang begitu manis seperti
malaikat.
“eoni
ayoo kita main?” ucap ji hyen.
“main
apa putri kecil?” aku mengelus lembut pelan rambut ji hyen.
“eoni jadi putri saja!” ujar jin pyo,
“aku
mau jadi pangerannya” tambahnya lagi.
“jin pyo-ya oppa ini yang jadi pangelannya”
ujar ji hyen yang membuat rona di wajahku.
“nde??”
ucapku terkejut
“aniyaaa” jin pyo menggeleng cepat
“lalu
aku jadi apa?” ujar jong woon menegeluarkan aegyonya, dan lagi-lagi pipiku memerah.
“hmmm
hyung jadi monsternya.” Balas jin pyo semangat. Jong woon mengerucutkan
bibirnya dan mulai mengejar anak itu
“aku monster huaa aku monster, mana pangeran
itu mana? Ha ha ha!” anak-anak itu menjerit dan berlarian kesembarang arah karena jong woon mengejar
mereka tak beraturan.
“putri,
putri!! aku akan menyelamatkanmu” ujar jin pyo setengah teriak. Aku tersenyum
“palliwa,
wajangnim! sebelum monster itu datang”. ucapku menggodanya. Mereka berlarian
kearahku dan bocah itu menubrukku membuat mundur terhuyung kebelakang dengan
sigap seseorang meraih pinggangku agar tidak jatuh. Lengannya memeluk
pinggangku begitu kuat. matanya menyusuri bola mataku tajam, jantungku mulai
berdetak tak beraturan darah ku mengalir begitu cepat, jong woon, pandangannya
seolah memaksaku untuk balas menatapnya, apa arti dari tatapan itu?
“seperti di buku dongeng ku!!’’ ujar ji hyen
menyadarkan lamunanku, aku mengerjapkan mata ku beberapa kali dan melepas
tangan jong woon dari pinggangku.
“Gwanchanayo”
ucapku pelan
Jong
woon melihat ke arah bocah tadi “jin pyo-ya! kau harus hati-hati ne? Bisa-bisa
pangerannya malah membunuh sang putrinya eoh.” Jong woon mengacak pelan rambut
bocah itu
“arraso
hyung, nuna mianhae?” jin pyo memelukku, aku pun balas memeluknya
“gweanchana”.
“baiklah,
sudah siang, saat nya anak-anak melakukan kegitan favorit mereka! Makan siang
dan tidur?” ucap yesung aku hanya menduduk mengingat kejadian barusan.
“geurre
hyung, jeongmal baegupa. Kajja!” ucap jin pyo semangat.
“eoni, oppa annyeong” ucap mereka bersamaan
melambaikan tangan mereka. Jong woon melambaikan tangan kepada mereka, Ji hyen
memelukku sebelum pergi, jong woon tersenyum kecil sambil memperhatikan kami.
Author
pov.
Tiffany
hanya menunduk, tidak berani menatap yesung di sampingnya.
“bukankah
mereka merepotkan?” yesung memulai pembicaraan.
“nde?”
“geurom,
mereka itu merepotkan. Tapi mereka menyenangkan, dan mereka berbeda tidak
cengeng seperti anak-anak kebanyakan.” Tiffany merasa tersindir dengan ucapan
yesung, dia hanya kembali menunduk.
“tiffany-ssi,
kau berbeda sekali hari ini.” Tiffany kembali mendongak memperhatikan lawan
bicaranya.
“kau berdandan?” goda yesung,
“oh
ini, aku” tiffany mulai menyentuh bibirnya hendak menghapus lipgloss pink
dibibirnya. Dengan cepat tangan yesung memegang tangan tiffany untuk tidak
melakukannya.
“aniya,
gwaenchana. Kau terlihat cantik tiffany-ssi”. Tiffany menutupi wajahnya yang memerah
“kajja!”
“eodiso?”
tanya ku bingung
“menurutmu?”
tanpa basa-basi yesung mengait tangan tiffany membawanya ke restaurant cepat
saji dekat taman, tanpa yesung tau perlakuannya membuat tiffany salah tingkah,
jantungnya berdegup kencang sejak tadi.
“tanganmu berkeringat tiffany-ssi” yesung
terkekeh, sontak tiffany melepaskan genggamannya namun yesung mengamit
tangannya lagi.
Yesung
pov.
Aku
menggenggam tangannya lagi, kulihat ia salah tingkah wajahnya memerah, aku
berdehem kurasakan jantungku mulai berdetak tak beraturan namun aku berusaha
tetap tenang. Kubawa dia kesalah satu restaurant favoritku. Aku memesan makanan
dan membawanya ke meja kami. Tiffany masih menunduk memainkan jemarinya.
“makanlah, sebelum dingin.” Ucapku lembut
“ah ne, gomawo.” Jawabnya pelan. Aku
meperhatikannya, cara makannya persis seperti anak umur 5 tahun, aku terkekeh
kecil.
“waeyo.”
Kurasa dia menyadari apa yang kutertawakan.
“aniyo,
cepat habiskan makananmu” dia hanya mengangguk kecil. Aku mengedarkan pandangan
ku, dan mataku menangkap sosok seseorang tiba-tiba hatiku memanas, dia yang
selama ini selalu kurindukan kehadirannya. Dia yang membuatku patah hati dan
terpuruk berbulan-bulan, kini dia bersama seorang namja yang sudah menjadi
keputusannya.
Author
pov.
Tiffany
mengerutkan keningnya ketika memperhatikan apa yang yesung lakukan. dia pun menoleh
ke arah orang yang di perhatikannya nampak sepasang kekasih yang sangat mesra,
tiffany sepertinya mengenal namja itu, Tapi yeoja itu? tiffany menatap yesung
lagi. “nuguseyo?” yesung yang menahan amarahnya yang membuat wajahnya memanas.
“jong
woon-ah?”
“ayo kita pulang sekarang!” ucap yesung berusaha
menahan amarahnya yang memuncak.
“tapi..”
belum sempat tiffany menjawab yesung langsung menariknya pergi, namun tidak
sengaja tiffany menabrak seseorang.
“mianhamnida” tiffany menundukkan kepalanya
“yesunggie?”
ucap yeoja yang ditabrak tiffany. Yesung menghentikan langkahnya menatap wajah
yeoja itu dengan amarahnya.
“ternyata
benar, yesunggie.” Ucap yeoja itu lagi.
“jangan
panggil aku seperti itu.” Yesung menarik tiffany lagi dan keluar dari
restaurant tadi.
“jong
woon-ah?” yesung tidak merespon dia hanya berjalan terus.
“jong
woon-ah, appo!” tiffany melepaskan tangan yesung. Yesung menghentikan
langkahnya dan menatap tiffany, tiffany merasa nyeri pada pergelangan tangannya
yang sudah membiru akibat ulah yesung.
TBC...
eotte chingudeul? jangan lupa komentar yah buat next story
Tidak ada komentar:
Posting Komentar